- Back to Home »
- Berita Nasional »
- Rp. 2000, Harga 1 Buah Permen Di papua
Posted by : Marketing IndiHome
Kamis, 14 Februari 2013
Rp. 2000, Harga 1 Buah Permen Di papua - Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa gugusan pulau memang terkadang menjadi kendala bagi para penduduknya untuk menjangkaunya antara daerah satu dengan yang lainnya.
Mahalnya harga kebutuhan pokok di wilayah-wilayah terpencil seperti Pulau Supiori, Papua membuat nilai mata uang rupiah pecahan kecil makin 'tak berarti'. Pulau Supiori merupakan salah satu kabupaten yang bertetangga dengan Biak dan berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik.
Sekretaris Bamuskam Distrik Supiori Timur, Desa Wonbonda Yustus Arpusau mengatakan kenyataanya saat ini di wilayahnya uang-uang pecahan kecil relatif sudah tak berarti. Harga kebutuhan pokok yang terus naik membuat nilai Rp 2.000 di Supiori hanya untuk membeli permen saja.
"Harga sembako disini meningkat terus, sekarang paling kecil untuk belanja Rp 5.000, karena sembako naik. Nilai Rp 2.000 hanya untuk beli gula-gula (permen). Kalau barang sembako butuh Rp 10.000," katanya kepada detikFinance usai sosialisasi keaslian rupiah dan survei kelayakan mata uang oleh Bank Indonesia (BI) di Kantor Bupati Supiori, Papua, Minggu (10/2/2013)
Ia menuturkan mata uang rupiah untuk pecahan logam Rp 500 lebih-lebih sudah tak berarti di wilayahnya.
Yustus sangat senang dengan adanya program sosialisasi dari Bank Indonesia. Ia mengaku baru tahu ternyata mata uang rupiah untuk pecahan kecil Rp 1 masih berlaku.
"Tadi kami diberi sosialisasi supaya menggunakan mata uang secara baik jangan sampai ada pengedaran uang palsu. Baru kali ini dapat sosialisasi, pecahan rupiah dari tahun 70, Rp 1 masih laku, sampai kini tahun 2013 tetap berlaku," kata Yustus.
Ia menuturkan pihak BI mengimbau agar masyarakat tetap menggunakan mata uang rupiah, dalam bentuk logam maupun. Namun ia mengaku kenyataanya di masyarakat apresiasi terhadap mata uang rupiah pecahan kecil masih sangat minim.
"Dari sisi warna uang Rp 2.000 kurang menarik. Apalagi Rp 1.000 udah nggak ada artinya, hanya untuk beli gula-gula (permen). Sekarang supermi harganya sudah Rp 3.000. Sekarang Rp 5.000 hanya untuk beli sayur satu ikat," katanya.
Sementara itu Ketua Tim Kas Keliling dan Sosialisasi Keaslian Uang Bank Indonesia, Hendra menuturkan dari hasil sosialisasi dan survei soal rupiah di Supiori terungkap masyarakat setempat sudah merasa tak perlu mata uang logam.
"Kebanyakan di Indonesia timur, harga barang tinggi-tinggi. Apalagi mata uang logam mereka megangnya sudah malas," kata Hendra.
Pada kesempatan itu, Hendra menambahkan pihaknya melakukan survei kelayakan uang rupiah. Para peserta diminta mengisi kuisioner mengenai apa kebutuhan mata uang yang masyarakat butuhkan dan pemenuhannya seperti apa.
[ sumber ]