- Back to Home »
- sejarah pergerakan nasional »
- MAKALAH PERKEMBANGAN ORGANISASI SEKULER PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL
Posted by : Marketing IndiHome
Senin, 08 Oktober 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pergerakan di Indonesia ditandai dengan perubahan cara perjuangan dan munculnya organisasi-organisasi modern. Perjuangan yang dulu bersifat kedaerahan dan hanya mengandalkan cara-cara kekerasan dengan perang dan sebagainya berubah menjadi semakin nasionalis dan tidak lagi sekedar mengandalkan otot. Bangsa Indonesia sudah mulai sadar bahwa kekuatan senjata mereka yang tertinggal jauh tidak akan pernah berhasil menghancurkan kolonial Belanda.
Munculnya organisasi-organisasi pergerakan tidak lepas dari diberlakukannya politik etis yang memungkinkan pribumi mendapatkan pendidikan. Orang-orang terdidik inilah yang nantinya menjadi kaum yang bergerak. Mereka barangkali pantas disebut sebagai anak haram dari politik etis. Sebutan anak haram cocok karena kelahiran mereka yang tidak diharapkan oleh kolonial Belanda.
Organisasi pergerakan yang muncul di Indonesia selain disebabkan oleh keadaan di Indonesia sendiri juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari luar negeri. Pengaruh dari luar terutama berkaitan dengan ideologi yang menjadi pegangan organisasi-organisasi pergerakan tersebut. Sukarno pernah menyatakan bahwa pergerakan di Indonesia setidaknya dipengaruhi oleh tiga ideologi besar yaitu Nasinalis, Agama, dan Komunis atau Marxis. Pembagian ini tidak lepas dari ideologi negara yang sempat diusung Sukarno yaitu Nasakom.
Namun ternyata sejarawan Suhartono membagi organisasi pergerakan menjadi organisasi berbasis agama dan organisasi sekuler. Pembagian ini sebenarnya gagak membingungkan karena tidak dijelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud organisasi berbasis agama dan organisasi sekuler. Organisasi yang termasuk berbasis agama barangkali sudah cukup jelas karena gerakan mereka bernafaskan agama. Sementara itu organisasi yang dianggap sekuler sedikit membingungkan. Tidak dijelaskan mengapa SI B, PKI, dan…. Dikelompokkan sebagai organisasi pergerakan sekuler.
Meskipun tidak terlalu jelas nampaknya pembagian menajdi agama dan sekuler masih dipertahankan. Buktinya pada mata kuliah Sejarah Pergerakan Indonesia penulis mendapat tugas untuk menyusun makalah tentang organisasi pergerakan sekuler. Jujur sebenarnya penulis baru tahu bahwa ternyata ada pembagian seperti itu terhadap organisasi-organisasi pergerakan. Selama ini penulis lebih cenderung mengikuti pembagian oragnisasi pergerakan seperti yang diutarakan Sukarno.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi pergerakan sekuler?
2. Bagaimana kiprah organisasi pergerakan sekuler di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi pergerakan sekuler
2. Mengetahui kiprah organsasi pergerakan sekuler di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi Pergerakan Sekuler
Sejarawan Suhartono menyatakan bahwa pada masa pergerakan nasional ada kelompok organisasi yang bersifat agamis dan ada yang bersifat sekuler. Organisasi agama di Indonesia umumnya terpengaruh gerakan emansipasi keagamaan Islam. Termasuk organisasi pergerakan agama antara lain misalnya Muhammadiyah, Ahmadiyah, Al-Irsyad dan Partai Arab Indonesia, dan Nahdatul Ulama.
Suhartono tidak memberi pengertian atau batasan yang jelas tentang apa yang dimaksud organisasi pergerakan sekuler. Namun sekuler umumnya diartikan sebagai ideologi atau pandangan yang memisahkan kehidupan bernegara dengan kehidupan beragama. Jadi organisasi pergerakan sekuler dapat diartikan sebagai organisasi pergerakan yang memisahkan anatar kehidupan bernegara dengan kehidupan beragama. Suhartono meyatakan setidaknya ada tiga organisasi pergerakan sekuler di Indonesia antara lain, Sarekat Islam afdeling B, Partai Komunis Indonesia, dan Radicale Concertratie dan gerakannya.
B. Kiprah Orgainsasi Pergerakan Sekuler di Indonesia
1. Sarekat Islam afdeling B
SI Afdeling B yang mendapat pengaruh komunis terdapat di Periangan, Jawa Barat yang mulai melakukan kegiatannya pada bulan April 1918. Sebagai penyalur aspirasi dan wadah kepercayaan lokal, Afdeling B bertujuan menjalankan ketentuan agama Islam secara murni, berdasarkan prinsip “billahi fisabili haq” yang berarti akan diperangi setiap orang yang menghalangi agama Islam. Sementara itu pada bulan Januari 1919 gerakan yang dipimpin oleh Ismail mendapat izin dari SI pusat untuk menyebarkan organisasinya ke daerah Priangan.[1]
Hingga terjadinya peristiwa Cimareme yang dipimpin H. Hasan pada tahun 1919, Afdeling B masih sebagai gerakan rahasia. Permusuhan dilakukan terhadap pejabat pribumi dan Eropa, dan orang Cina. Untuk memperkuat gerakan organisasi itu, ia mengedarkan jimat dan menyumpah anggotanya. Komunikasi sesame anggota dilakukan dengan sandi dan tanda-tanda rahasia. Anggota organisasi itu terdapat di Jakarta, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Sukabumi.[2]
Pada umumnya Afdeling B muncul sebagai akibat perubahan social yang menyebabkan kemerosotan ekonomi dan desintergrasi sosiokultural. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat member peluang besar bagi timbulnya gerakan. Untuk mengatasi keadaan itu diperlukan susuanan dan tatanan baru yang telah dirusak oleh pemerintah colonial. Adanya anggapan dan prasangka yang buruk terhadap golongan social dalam masyarakat serta keyakinan akan terjadinya perang suci dan harapan akan datangnya Ratu Adil mendorong organisai ini banyak mendapat pengikut dikalangan masyarakat pedesaan.
Ada kesan solah-olah ada hubungan antara perlawanan H. Hasan dari Cimareme dengan Afdeling B dari kota lain dating di Cimareme. Mereka bersenjata golok dan member bantuannya pada H. Hasan. Bantuan itu dipandang sebegai usaha memasukkan perlawanan H. Hasan dalam kerangka politik yang lebih luas yaitu rencana pemberontakan Afdeling B. Memang tindakan itu dapat juga diartikan adanya solidaritas terhadap sesame umat Islam yang sedang menghadapi tekanan kolonial.[3]
Sekretaris SI pusat, Sosrokardono, dituduh pemerintah terlibat dalam gerakan Afdeling B karena ia pernah hadir dalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh organisasi itu. Ia diajukan ke pengadilan dan dihukum empat tahun, sedangkan Cokroaminoto, ketua SI ditahan karena ia dituduh memberikan keterangan palsu.
SI pusat menolak adanya hubungan dengan Afdeling B, meskipun ada tuduhan bahwa Cokroaminoto, Sosrokardono dan pimpinan lainnya membeli jimat yang berarti berpihak pada Afdeling B. Peristiwa Afdeling B menyulitkan kedudukan SI. Anggota SI banyak yang ditangkap karena dituduh menjadi anggota Afdeling B. Si garut membubarkan diri dan peristiwa ini menjadi salah satu sebeb mengapa anggota SI kemudian merosot.[4]
2. Partai Komunis Indonesia
Sebelum berbicara Partai Komunis Indonesia alangkah baiknya kita terlebih dahulu membicarakan SI (Sarekat Islam) Semarang. Sebagian dari pembaca mungkin akan bertanya-tanya mengapa kita harus membicarakan SI Semarang yang merupakan cabang dari suatu perkumpulan keagamaan. SI Semarang memiliki peran penting sebagai tempat berseminya embrio gerakan Marxis pertama di Indonesia. Para petinggi SI Semarang kelak yang akan menjadi para petinggi PKI. Bahkan ketuan SI Semarang yaitu Semaun dikemudian hari menjadi ketua sekaligus salah satu pendiri Partai Komunis Indonesia yang pertama. SI Semarang dibawah kepemimpinan Semaoen pada 1917-1920 telah dengan jelas mulai menunjukkan tendensi-tendensi sosialistik.[5] Menurut Soe Hoek Gie proses perevolusioneran SI Semarang sendiri sebenarnya lebih dipengaruhi bahkan ditentukan oleh keadaan rakyat Indonesia dan Semarang menjelang berakhirnya PD II.[6]Faktor yang mendorong perevolusioneran SI Semarang yang berasal dari dalam antara lain permasalahan Agraria, Volksraad dan Indie Weebaar, dan Wabah Pes, serta dari luar yaitu kedatangan Perdelict Sneevliet.[7]
Pada 1920 ISDV menerima surat dari Haring (nama samaran Sneevliet) dari Shanghai yang menganjurkan ISDV menjadi anggota komitern(komunis internasional). Untuk itu harus dipenuhi 21 syarat diantaranya harus memakai nama terang partai komunis dan menyebutkan nama negaranya. Semaoen kemudian mengirimkan tembusan surat tersebut kepada para petinggi ISDV termasuk Darsono yang waktu itu masih di penjara Surabaya. Dalam pertemuannya dengan Hertog di penjara Surabaya, Darsono menyatakan persetujuannya sembari menambahkan dua alasan lagi yaitu
1. Manifest yang ditulis Marx-Engels dinamai manifest komunis bukan manifes sosial demokrat
2. Rakyat Indonesia tidak dapat membedakan antara ISDV yang revolusioner dengan ISDP yang evolusioner
Hertog yang waktu itu adalah ketua ISDV menolak pendapat Darsono tersebut.
Menyikapi kondisi tersebut diselenggarakan kongres istimewa yang dihadiri 40 orang, semuanya orang Indonesia. Sidang berlangsung panas hingga Alimin meninggalkan sidang. Dalam sidang tersebut dua orang menolak dengan alasan jika bergabung dengan komitern berarti menjadi bawahan Rusia. Semaon meyakinkan pesrta sidang bahwa komitern bukan milik Rusia dan perubahan nama sekedar sebagai bentuk disiplin organisasi. Akhirnya sidang menyepakati perubahan tersebut dan akhirnya pada 23 Mei 1920 lahirlah partai komunis Hindia. Semaon dipilih sebagai ketua, Darsono wakil, Bersama sebagai sekertaris, Dekker sebagai bendahara dan Kraan sebagai anggota. Peristiwa ini dapat dikatakan sebagai pengindonesiaan gerakan Marxis di Indonesia.[8]
Untuk mendeapatkan pengaruh di kalangan orang-orang Indonesia, Sneevliet mendesak agara mereka mendapat pengaruh dalam perkumpulan orang Indonesia yang berwibawa dan dengan demikian akan dapat meneruskan ajaran-ajaran baru kepada massa. Pilihannya jatuh pada SI yang mempunyai massa besar dan bersedia menerima pikiran-pikiran yang radikal, selain itu anggotanya yang muda dan radikal dapat menggabungkan diri dengan ISDV tanpa harus meninggalkan SI.[9]
Cabang-cabang SI yang berhaluan ekstrim mulai melepaskan diri dan mendirikan cabang-cabang Sarekat Rakyat yang merupakan onderbouw PKI. Sementara itu dilain pihak yang menekankan pada agama, H. Agus Salim sebagai pimpinan SI “Putih” memutuskan hubungan dengan PKI. Meskipun prinsip persatuan dipegang teguh dalam menghadapi pemerintah tetapi pada kenyataannya anatara SI dan PKI tidak terdapat persesuaian, tetapi karena kondisi sosio politik menguntungkan PKI bila terus diadakan kerja sama, maka akhirnya Cokroaminoto pada tahun 1923 melaksanakan disiplin partai dengan melarang anggota SI tidak merangkap menjadi anggota PKI, beraku bagi seluruh cabang-cabang SI.[10]
PKI mendapat kekuatan dari kalangan buruh. Sebagai akibat dari depresi ekonomi, maka upah buruh diturunkan dan banyak buruh yang diberhentikan. Mulai tahun 1924 PKI menyebarkan pengaruhnya ke pedesaan Jawa dan luar Jawa, dan sejak itu partai menyiapkan untuk mengadakan revolusi. Dorongan lebih kuat mengarah pada penggulingan terhadap pemerintah Belanda yaitu dengan memberontak yang dianggap lebih baik daripada menerima dominasi kekuasaan kolonial.
PKI hancur dalam proses perebuatan kekuasaan dan pemerintah melakukan penindasan secara besar-besaran. Pemerintah mendirikan tempat pembuangan pemberontak dan kader-kadernya di Boven Digul. Selanjutnya agara tidak terjadi pemberontakan serupa, pemerintah menindak tegas pelaku politik yang kegiatannya sangat dibatasi hingga tidak mungkin ada pemimpin komunis yang menyebarkan ideologinya secara sah.[11]
3. Radicale Concertratie dan gerakannya
Setelah Volksraad dibentuk pada tahun 1918 maka ada usaha mempersatukan aliran-aliran politk yang ada pada waktu itu yang dapat disebut golongan kiri. Karena itu atas prakarsa ISDV didirikan suatu fraksi dalam Volksraad yang disebut Radicale Concntratie. Organisasi-organisasi yang ikut didalamnya yaitu ISDV, BU, SI, dan NIP. Sudah tentu tujuan fraksi ini untuk mengajak anggota-anggotanya menuntut berbagai kepentingan kepada pemerintah. Tuntutan ini dilakukan dengan cara yang sangat radikal yaitu dengan pemogokan dan pemberontakan. Periode radikal yaitu dengan pemogokan dan pemberontakan. Periode radikal yang dikoordinasikan oleh komunis berlangsung dari 1918-1926.[12]
Gerakan radikal memang mendapat iklim yang baik untuk berkembang karena didukung oleh situasi. Di satu pihak, pemerintah kolonial banyak melakukan tekanan tetapi di pihak lain dari kalangan pergerakan timbul tuntutan baru yang mengajak serta rakyat untuk dimobilisasikan. Pemimpin yang tangguh yang mempraktekkan teori perjuangannya didukung pula oleh situasi ekonomi yang buruk sehingga memudahkan rakyat turut serta di dalam gerakannya. Semakin kuatnya tekanan dari pemerintah semakin tambah pula usaha mencarai jalan keluar dari tekanan itu. Banyak kursus, latihan, koperasi yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk persiapan menghadapi pemerintah. Namun yang jelas bahwa gerakan yang sifatnya kekuatan kolektif sudah mulai tampak. Radikalisme yang memuncak dengan meletusnya pemberontakan 1926 adalah klimaks agitasi yang didalangi oleh partai komunis yang mempraktekkan perjuangan kelasnya.[13]
Periode radikal seperti disebutkan diatas dipengaruhi oleh perkembangan politik di luar sperti Revolusi Rusia tahun 1917 dan bahkan kelompok sosial-demokrat Belanda memberi angin terhadap garakan progresif yang dikembangkan oleh ISDV. Setelah Perang Dunia I situasi sosial ekonomi buruk sekali yang menyeret perekonomian rakyat. Banyak perusahaan perkebunan yang menutup usaha dan ini berarti menambah pengangguran yang sekaligus memperluas penderitaan rakyat. Semakin banyak rakyat melakukan aksi semakin kuat pula pemerintah melakukan reaksi. Gubernur Jenderal Fock (1921-1926) dan Graeff (1926-1931) jelas mewakili pemerintah yang reaksioner terhadap pergerakan rakyat. Sebaliknya kaum pergerakan semakin tajam pula mencari jalan baru dan makin meningkat pula kesadaran politiknya. Jalan buntu yang dilakukan komunis menimbulkan orientasi baru yang bersifat nasionalis.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Organisasi pergerakan sekuler umumnya diartikan sebagai ideologi atau pandangan yang memisahkan kehidupan bernegara dengan kehidupan beragama.
2. SI Afdeling B yang mendapat pengaruh komunis terdapat di Periangan, Jawa Barat yang mulai melakukan kegiatannya pada bulan April 1918. Sebagai penyalur aspirasi dan wadah kepercayaan lokal.
3. Cabang-cabang SI yang berhaluan ekstrim mulai melepaskan diri dan mendirikan cabang-cabang Sarekat Rakyat yang merupakan onderbouw PKI. Sementara itu dilain pihak yang menekankan pada agama, H. Agus Salim sebagai pimpinan SI “Putih” memutuskan hubungan dengan PKI.
4. Setelah Volksraad dibentuk pada tahun 1918 maka ada usaha mempersatukan aliran-aliran politk yang ada pada waktu itu yang dapat disebut golongan kiri. Karena itu atas prakarsa ISDV didirikan suatu fraksi dalam Volksraad yang disebut Radicale Concntratie. Organisasi-organisasi yang ikut didalamnya yaitu ISDV, BU, SI, dan NIP.
Daftar pustaka
Gie, Soe Hoek. 1999. Dibawah Lentera Merah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[1] Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 52.
[2] Ibid,.
[3] Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 53.
[4] Ibid,.
[5] Soe Hoek Gie, Dibawah Lentera Merah, (Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya, 1999), hlm. 7.
[7] Soe Hoek Gie, Dibawah Lentera Merah, (Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya, 1999), hlm. 7.
[9] Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 53-54.
[10] Ibid, hlm. 54.
[11] Ibid, hlm. 55.
[12] Ibid,.
[13] Ibid, hlm. 56.
[14] Ibid,.