- Back to Home »
- Berita Nasional »
- Inilah 4 Faktor Parpol Islam Di Tinggalkan Simpatisan
Posted by : Marketing IndiHome
Minggu, 21 Oktober 2012
Inilah 4 Faktor Parpol Islam Di Tinggalkan Simpatisan - Patugas sedang menyiapkan logistik pemilu, dominasi partai Islam mulai surut?Jakarta, GATRAnews - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) melansir, melorotnya elektabilitas sejumlah partai politik (parpol) Islam dan tokohnya karena ditinggalkan simpatisannya, disebabkan empat faktor.
"Dari hasil indepth interview, LSI menemukan empat faktor penyebab," ungkap Peneniliti LSI, Ajie Alfaraby, saat merilis hasi survei terbarunya, bertajuk "Makin Suramnya Partai dan Capres Islam di Pemilu 2014", di Jakarta, Minggu (14/10).
Pertama, semakin kentalnya fenomena "Islam Yes partai Islam No". Keislaman di Indonesia hanya bersifat kultural atau keshalehan individu, namun tidak terwujud dalam aspirasi politiknya. Mayoritas umat Islam di Indonesia tidak ingin partai dengan aroma Islam menjadi mayoritas.
"Sebesar 67,8 persen orang Islam pilih partai nasionalis. Keislaman hanya apsek-aspek kultural dan pribadi, namun tidak ke politik," ujarnya.
Kedua, pendanaan parpol nasionalis lebih kuat dibanding pendanaan parpol Islam. Menurutnya, pendanaan partai Golkar, PDIP, Demokrat, Gerindra, dan NasDem lebih siap dibanding parpol Islam, seperti PKS, PPP, PAN, dan PKB. "Pendanaan yang lebih siap ini, memungkinkan partai nasionalis lebih siap dalam mendanai aktivitas dan 'image bulding' partai. Sebesar 85,2 persen partai Islam tidak punya dana seperti partai nasionalis," bebernya.
Ketiga, berbagai aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah kelompok yang mengatasnamakan Islam menimbulkan kecemasan kolektif masyarakat Indonesia. "Kekerasan atas nama Islam, misalnya terhadap Ahmadiyah, Syiah, dan pelarangan pendirian rumah ibadah atau gereja memunculkan kekhawatiran formalistik Islam.
"Selain itu, gejala tuntutan dan pemberlakuan syariat Islam di beberapa daerah menjadi referensi bagi masyarakat Indonesia, bahwa ada agenda penerapan syariat Islam jika yang berkuasa adalah parpol Islam," urainya.
Keempat, berpindahnya suara simpatisan parpol dan tokoh Islam kepada tokoh dan partai nasionalis karen parpol ini semakin mengakomodir kepentingan dan agenda kelompok umat Islam, terlepas motifnya yang bersifat subtantif ataupun simbolik.
"Bentuk akomodirnya, seperti pembentukan organisasi undebouw partai untuk merangkul kelompok umat Islam, seperti Baitul Muslimin di PDIP, Majelis Dzikir SBY (Demokrat)," ungkapnya.
Selain itu, imbuh Ajie, banyak tokoh-tokoh Islam yang diakomodir oleh partai nasionalis, baik kedalam struktur partai, maupun dalam rekruitment anggota parlemen.
"Sebesar 57,8 persen, publik percaya partai nasionlis dapat mengakomodir kelompok dan kepentingan Islam. Kemudian, konsep, program, prilaku yang ditawarkan sejumlah parpol Islam dan nasionalis cenderung sama, sehingga pemilih menilai, parpol Islam dan nasionalis sama saja," pungkasnya. (IS)
[ sumber ]