- Back to Home »
- Magelang »
- Magelang: museum haji widayat
Posted by : Marketing IndiHome
Sabtu, 17 Maret 2012
A. Deskripsi Umum tentang Pendiri dan Proses Pendirian Museum Haji Widayat
Widayat dilahirkan tanggal 9 Maret 1919 di Kutoarjo, Jawa Tengah. Pengalaman seni lukis Widayat cukup mengesankan, setelah tamat HIS (Sekolah Belanda) di Trenggalek tahun 1937, ia pindah dan belajar di Bandung, Jawa Barat. Di kota inilah ia bertemu dengan “pelukis hari minggu” Mulyono, dan dapat dikatakan bahwa dari situlah karir kesenilukisan Widayat dimulai.
Pada tahun 1939, Widayat melamar sebagai pegawai kehutanan sebagai mantri opnamer (juru ukur) dan ditempatkan di Palembang selama lebih kurang tiga tahun. Masa tiga tahun sebagai juru ukur kebun karet sangat membekas dalam hatinya. Ini terlihat dalam sebagian karyanya yang banyak diilhami pengamatannya tentang alam, hewan dan tumbuhan.
Widayat melepas pekerjaannya di hutan karet saat Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942. Ia beralih menjadi juru gambar membuat peta rel kereta api Palembang. Tahun 1945 ia bergabung dengan PMC (Penerangan Militer Chusus), dengan pangkat Letnan Satu dan selanjutnya bergabung dengan divisi Garuda Sumatera Selatan tahun 1945-1947, sebagai Pimpinan Seksi Penerangan.
Di tempat inilah Widayat baru bisa meneruskan kembali semangat berkeseniannya lewat publikasi poster perjuangan.
Di tempat inilah Widayat baru bisa meneruskan kembali semangat berkeseniannya lewat publikasi poster perjuangan.
Pada tahun 1950 ketika ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dibuka di Yogyakarta, Widayat masuk dan menjadi salah satu dari 45 mahasiswa pertama yang di terima di lembaga baru tersebut. Akhirnya Widayat dipercaya kembali ke almamaternya untuk mengajar di ASRI. Sejak menjadi pendidik di ASRI muncul obsesi untuk mendirikan museum, terlebih setelah pulangnya Widayat dari Jepang (1962).
Tahun 1998 Widayat memasuki masa pensiun dan tidak lagi mengajar di ASRI (sekarang Institut Seni Indonesia/ISI). Dan pada tahun 1989 Widayat bersama Soemini (istrinya kedua) menunaikan ibadah haji ke tanah Suci Mekah. Sejak itu, dalam karyanya tertera tanda tangan h. Widayat (“h” dalam huruf kecil).
Museum Haji Widayat adalah wujud nyata dari sebuah impian, obsesi dan prestasi dari pelukis H. Widayat. Impian dan obsesinya untuk memelihara dan mengabadikan karya-karya pelukis muda, khususnya mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia/ASRI (Institut Seni Indonesia/ISI). Selama lebih dari 40 tahun, sebelum akhirnya terealisasi, memiliki museum merupakan cita-cita H. Widayat. Bukan saja sebagai tempat memamerkan karya-karya pribadinya maupun karya-karya pelukis dan perupa lain, tetapi sebagai seniman yang menjadi dosen Akademi Seni Rupa Indonesia, motivasi utamanya adalah menjadikan museum pribadinya sebagai tempat untuk belajar dan mengapresiasi karya seni.
Sepulang dari belajar di Jepang pada tahun 1962, usulan untuk membuat museum ini muncul dan disodorkan oleh kawan dekatnya, Fadjar Sidik. Ide mendirikan museum ini sebenarnya bermula dari keprihatinan Widayat, yang pada saat itu sudah Pensiun dari Staf Pengajar di Fakultas Seni Rupa (FSR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, melihat koleksi karya-karya mahasiswa yang hanya bertumpuk di gudang, bahkan banyak yang hilang diambil orang. Peristiwa itulah yang mendorong munculnya usulan Fadjar Sidik yang lantas direalisasikannya setapak demi setapak.
Konsep H. Widayat akan museum pribadinya dituangkan dalam disain oleh arsitek Ir. H. Edji Sukedji yang dikenal pada saat sama-sama menunaikan ibadah haji. Bangunan Museum diatas tanah seluas ± 5.000 m2 terdiri atas 2 lantai dengan luas bangunan ± 2.500 m2, yang pencahayaannya memanfaatkan sinar matahari yang menembus dinding-dinding kaca, terdiri atas Ruang Pamer Lantai 1 yang peruntukannya ditujukan untuk memamerkan karya-karya H. Widayat dalam berbagai media, sedangkan Ruang Pamer Lantai 2 digunakan sebagai tempat untuk memamerkan karya-karya seniman lain yang merupakan koleksi Museum H. Widayat.
Pada awal pendiriannya selain bangunan museum, H. Widayat juga mendirikan tempat tinggal merangkap studionya serta guest house sebagai tempat untuk menginap para tamu-tamunya. Museum ini dimaksudkan untuk memamerkan karya seni rupa yang telah dipilih oleh almarhum H. Widayat bersama Dewan Kurator menjadi koleksi tetap agar tetap dapat di nikmati oleh pecinta seni ataupun khalayak. Akhirnya pembangunan museum selesai pada awal tahun 1994 dan diresmikan pada 30 April 1994 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. DR. Ing. Wardiman
B. Deskripsi Bangunan Museum Haji Widayat
Museum Seni Rupa H. Widayat berdiri diatas areal tanah seluas ± 7.000 m2 terletak di jalur wisata diantara candi Mendut dan candi Borobudur, kira-kira 2 kilometer sebelum memasuki area Candi Borobudur, tepatnya di Jl. Letnan Tukiyat 32 Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Logo Museum H. Widayat
Pada awal berdirinya logo Museum H. Widayat didisain oleh Aming Prayitno (murid sekaligus rekan kerja H. Widayat di ISI Yogyakarta) yang diminta kesediaannya oleh H. Widayat dan Hj. Soemini. Logo berbentuk segi empat dengan siku melengkung melindungi huruf M, H dan W yang dirangkai secara vertikal dengan porposional memiliki makna keseimbangan, sedangkan apabila diamati rangkaian huruf MHW menyerupai buku dan juga pintu terbuka, yang memberikan makna bahwa Museum H. Widayat merupakan sarana untuk menimba ilmu dan selalu terbuka bagi semua orang/kalangan.
Pada tahun 2001 logo Museum H. Widayat mengalami perubahan, dengan masih tetap mempertahankan rangkaian huruf MHW sebagai utamanya, logo dibuat dalam format lingkaran (tanpa merubah makna logo awal) serta mencantumkan tiga rangkaian nama bangunan utama kompleks museum : Museum H. Widayat, Galeri Hj. Soewarni (d/h Galeri Widayat), Artshop Hj. Soemini disekelilingnya. Tiga buah garis siku pada bagian atas dan dua buah garis siku bagian bawah, mencerminkan buah kasih perkawinan H. Widayat dengan Hj. Soewarni (dua putri dan tiga putra), sedangkan garis vertikal sisi sebelah kiri dan kanan huruf MHW, mencerminkan buah kasih perkawinan H. Widayat dengan Hj. Soemini (enam putra) yang apabila dijumlahkan keseluruhan garis berjumlah 11 untuk mencerminkan kesebelas putra-putri H. Widayat.
Pemilihan warna dominan orange dikarenakan warna orange dianggap warna yang dinamis, dimaksudkan untuk menandakan bahwa Museum H. Widayat adalah museum yang dinamis dan aktif, selalu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang. Penambahan dua nama (Hj. Soewarni dan Hj. Soemini) dilakukan seiiring perkembangan dan berdirinya Galeri Hj. Soewarni serta Artshop Hj. Soemini. Pemberian kedua nama pada bangunan tersebut adalah untuk mengabadikan dua orang yang paling berjasa dalam hidup H. Widayat yang telah menjadikan seorang H. Widayat menjadi seniman besar.
Perubahan logo tersebut merupakan konsep dan disain Drs. Fajar Purnomo Sidi M.M. (Putra H. Widayat) dan Oscar Samaratungga (Cucu H. Widayat).
Perubahan logo tersebut merupakan konsep dan disain Drs. Fajar Purnomo Sidi M.M. (Putra H. Widayat) dan Oscar Samaratungga (Cucu H. Widayat).
Museum ini memiliki 3 bangunan utama ditambah area taman yaitu :
1. Museum Haji Widayat
Museum Haji Widayat merupakan bangunan utama yang terdiri dari Ruang Pamer Lantai 1 yang digunakan untuk memamerkan karya-karya H. Widayat dalam berbagai media, sedangkan Ruang Pamer Lantai 2 digunakan sebagai tempat untuk memamerkan karya-karya seniman lain yang merupakan koleksi Museum H. Widayat. Setelah memasuki pintu masuk bangunan ini di sebelah kiri pintu masuk terdapat ruang informasi dan tempat pembayaran karcis. Setelah itu akan ada guide / pemandu yang akan memandu kita berjalan keliling seluruh ruangan di Museum Haji Widayat termasuk ke area taman.
2. Galeri Hj. Soewarni
Galeri Hj. Soewarni diresmikan pada 20 Maret 1999 oleh Rektor Institut Seni Indonesia, Prof. DR. I Made Bandem. Pembangunan galeri seni yang diberi nama Hj. Soewarni adalah sebagai penghormatan atas jasa istri pertamanya, dimulai pembangunanya pada tahun 1997. Bangunan seluas 1.300 m2 ini diarsiteki oleh Ir. H. Edji Sukedji dilengkapi dengan gudang untuk penyimpanan lukisan, ruang untuk sekretariat/kantor, mezzanine serta kolam renang pribadi.
Masih menggunakan konsep yang sama dengan bangunan museum, cahaya matahari secara natural dimanfaat untuk menyinari ruangan yang dinding-dinding kacanya dihiasai oleh lukisan / sketsa H. Widayat. Galeri ini selain sebagai tempat untuk berpameran, workshop bagi seniman muda atau senior juga diperuntukkan untuk memenuhi keinginan para pecinta seni / kolektor yang berkeinginan untuk mengkoleksi karya-karya H. Widayat. Galeri ini mampu menampung lebih dari 50 karya lukis dan grafis, serta lebih dari 20 karya patung dan seni instalasi.
Galeri Hj. Soewarni juga mempunyai puluhan setrika kuno koleksi pribadi yang juga dapat menjadi daya tarik pendukung bagi pengunjung galeri ini.
Masih menggunakan konsep yang sama dengan bangunan museum, cahaya matahari secara natural dimanfaat untuk menyinari ruangan yang dinding-dinding kacanya dihiasai oleh lukisan / sketsa H. Widayat. Galeri ini selain sebagai tempat untuk berpameran, workshop bagi seniman muda atau senior juga diperuntukkan untuk memenuhi keinginan para pecinta seni / kolektor yang berkeinginan untuk mengkoleksi karya-karya H. Widayat. Galeri ini mampu menampung lebih dari 50 karya lukis dan grafis, serta lebih dari 20 karya patung dan seni instalasi.
Galeri Hj. Soewarni juga mempunyai puluhan setrika kuno koleksi pribadi yang juga dapat menjadi daya tarik pendukung bagi pengunjung galeri ini.
- Art Shop Hj. Soemini
Art Shop Hj. Soemini adalah bangunan yang berupa rumah joglo yang didirikan sebagai penghormatan atas jasa istri kedua. Pendirian bangunan art shop Hj. Soemini ini, diarsiteki oleh Ir. Agung Wijanarko yang juga merupakan anak ke 5 dari H. Widayat dan Hj. Soemini. Bangunan seluas 1.300 m2 yang mengambil bentuk joglo ini selesai pendiriannya pada tahun 2001 dan diresmikan penggunaanya untuk pertama kali oleh H. Widayat.
Bangunan Art Shop Hj. Soemini terbagi atas 3 bagian, dimana ruang depan adalah tempat untuk penjualan cinderamata khas Museum H. Widayat, penjualan karya-karya seni seniman muda, dan sebagai tempat Workshop. Ruang tengah adalah ruang marmer, yang mana di ruangan ini terdapat lukisan / sketsa karya H. Widayat yang dipahatkan pada marmer dan tertempel pada dinding.
Ruang belakang adalah merupakan ruang peristirahatan yang pada konsep pembangunan adalah juga akan diperuntukkan sebagai studio tempat H. Widayat berkarya.
Ruang belakang adalah merupakan ruang peristirahatan yang pada konsep pembangunan adalah juga akan diperuntukkan sebagai studio tempat H. Widayat berkarya.
- Area Taman
Museum Haji Widayat dilengkapi dengan area taman yang berupa lanskap tanaman tropis lengkap dengan aneka macam jenis tanaman, burung dan juga unggas menunjang dan memberikan suasana asri yang sekaligus terasa menyatu dengan berbagai koleksi karya patung luar ruang (outdoor).
Jadi pendirian Museum Haji Widayat juga memperhatikan keindahan lingkungan dimana bangunan-bangunan tersebut berada dan menyatu. Selain itu area taman ini juga merupakan dukungan nyata terhadap program reboisasi
C. Perkembangan Museum Haji Widayat
Berikut perkembangan Museum Haji Widayat sejak dibangun sampai sekarang:
- Pembukaan Museum H. Widayat
30 April 1994
Peresmian : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Ing. Wardiman Djojonegoro
2. Ulang Tahun Museum ke-I
30 April 1995
Pameran Patung Outdoor/Indoor
Peresmian : Bupati Kepala Daerah Tingkat II Magelang Kardi
3. Pembukaan Galeri Hj. Soewarni
20 Maret 1999
Peluncuran Buku "WIDAYAT. The Magical Mysticism of a Modern Indonesian Artist"
Pameran Tunggal H. Widayat “80 th Anniversary Haji Widayat”
Peresmian : Prof. DR. I Made Bandem
4. Pameran Patung dan Lukisan G. Sidharta
15 Januari – 22 Januari 2000
Peresmian : Prof. DR. I Made Bandem
5. Pameran “Not Just the Political”
10 Nopember – 17 Nopember 2001
Peresmian : H. Widayat
6. Pameran “Pelukis Tanpa Bakat”
Batara Lubis dan Nashar
14 - 27 Januari 2002
Peresmian : Bagong Kussudiardjo
7. Solo Exhibition (The Last Exhibition) “83 th Anniversary Haji Widayat”
16 Maret – 30 Maret 2002
Peresmian : dr. Oei Hong Djien
8. Pameran Bersama “Re-Kreasi”
Mengenang 100 hari wafatnya Bapak H. Widayat
28 September – 12 Oktober 2002
Peserta 119 Seniman
Peresmian : Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika
9. Pameran Bersama “BOROBUDUR INTERNATIONAL FESTIVAL 2003”
14 Juni – 28 Juni 2003
Peserta pameran 79 Seniman
Peresmian : Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika
10. Pameran Tunggal “Block Note” Pupuk Daru Purnomo
22 Pebruari – 05 Maret 2004
Peresmian : G. Sidharta Soegijo
11. Pameran Bersama “Membaca Dunia Widayat”
13 - 26 Maret 2004
Peserta Pameran 59 Seniman
Peresmian : Deputi Menteri Bidang Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata DR. Sri Hastanto
13 Maret 2004
Peluncuran Buku “EXPLORING MODERN INDONESIAN ART INDONESIA” The collection of dr. Oei Hong Djien by DR. Helena Spanjaard
Peluncuran buku : G. Sidharta Soegijo
14 Maret 2004
Bedah Buku “EXPLORING MODERN INDONESIAN ART INDONESIA” The collection of dr. Oei Hong Djien by DR. Helena Spanjaard.
Nara Sumber :
Jim Supangkat
DR. Agus Burhan
DR. Helena Spanjaard
dr. Oei Hong Djien
12. Pameran “Dekade” , 10 Tahun Museum Haji Widayat
Penghargaan Widayat Award, penerima G. Sidharta Soegijo
H. Widayat karya media kertas (Paper)
Patung - Asosiasi Pematung Indonesia Yogyakarta
30 Mei – 13 Juni 2004
Peresmian : Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika
13. Pameran Bersama “4 Perupa”
Syahri
Nana Banna
Tresna Suryawan
Abe A. Kohar Ibrahim
15 Agustus – 29 Agustus 2004
Peresmian : Ajip Rosidi
14. Pameran Bersama Dosen dan Mahasiswa ISI Denpasar “Jejak Tradisi dalam Ekspresi Modern II”
05 September – 12 September 2004
Peserta 42 Seniman
Peresmian : Prof. DR. I Made Bandem
15. Pameran Berantai “The Realistage”
10 September – 24 September 2005
Peserta 26 Seniman
Peresmian : Ajip Rosidi
D. Keistimewaan Museum Haji Widayat
1. Koleksi Museum Haji Widayat
Koleksi yang dimiliki Museum H. Widayat terdiri atas bermacam-macam jenis karya dalam berbagai media. Seiring dengan berjalannya waktu maka bertambah pula jumlah dan jenis koleksi museum yang dari awalnya hanya sekitar 140 buah untuk karya H. Widayat bertambah menjadi kurang lebih 347 karya di tahun 2000, dan sekarang telah berkembang menjadi 1.001 karya dalam berbagai ukuran dan media. Demikian pula dengan koleksi museum karya seniman lain dari sekitar 130 pada awal museum berdiri maka untuk saat ini karya-karya tersebut telah bertambah menjadi sekitar 500 buah karya terdiri atas lukisan, sketsa, patung dan benda-benda antik lainnya.
2. Lokasi
Museum ini terletak di jalur strategis yaitu jalur wisata diantara candi Mendut dan candi Borobudur, kira-kira 2 kilometer sebelum memasuki area Candi Borobudur, tepatnya di Jl. Letnan Tukiyat 32 Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
3. Jam buka
Museum Haji Widayat buka setiap hari dari pukul 08.00-16.00 WIB.
4. Tiket dan Parkir
Dewasa : Rp 4.000,00
Anak-anak : Rp 2.000,00
Parkir : Rp 1.000,00
5. Fasilitas dan Akomodasi
Fasilitas yang ada antara lain toilet, kedai makan, area taman dan tempat parkir.
6. Sertifikasisi
Sertifikasi di Museum H. Widayat dimaksudkan sebagai tindakan preventif untuk pencegahan pembajakan, menghindari pemalsuan karya H. Widayat, maka museum H. Widayat mengeluarkan sertifikat yang menyertai lukisan atau karya yang terjual. Dengan metode pengamanan yang canggih diharapkan para pecinta seni/kolektor tidak terkecoh dengan membeli karya asli tapi palsu yang memang banyak beredar. Pengambilan keputusan tentang keaslian lukisan dirumuskan bersama antara Direktur dengan Dewan Kurator Museum H. Widayat.
DAFTAR PUSTAKA
http://hajiwidayat.com/perihaldiakses pada hari Selasa, 20 Desember 2011 pukul 07.30 WIB.
http://hajiwidayat.com/other_artists/daft_1.htmdiakses pada hari Selasa, 20 Desember 2011 pukul 07.35 WIB.
http://harianjoglosemar.com/berita/museum-haji-widayat-dibuka-lagi-23425.htmldiakses pada hari Selasa, 20 Desember 2011 pukul 07.40 WIB.
http://www.antaranews.com/news/208951/museum-haji-widayat-tutupdiakses pada hari Selasa, 20 Desember 2011 pukul 08.00 WIB.