- Back to Home »
- Sejarah Asia Timur »
- Kebijakan Ekonomi Cina: Mao Tze Dong & Deng Xiao Ping
Posted by : Marketing IndiHome
Selasa, 20 Maret 2012
Mao Tse Tung merupakan seorang tokoh pembesar Cina, dia juga merupakan seorang pemimpin partai komunis Cina. Orang yang mengumandangkan berdirinya RRC pada 1 Oktober 194 dan sekaligus sebagi ketuanya. Pada awal ini, merupakan saat-saat penting bagi Mao karena ia harus membangun Cina kembali setelah sebelumnya mengalami kekacauan yang terjadi di negara tersebut baik itu dari segi politik apalagi dari segi keuangan atau perekonomian negara yang kacau. Kesemuanya harus di mulai dari awal lagi setelah adanya perang saudara dan penjajah Jepang. Agar hal itu terlaksana, pemerintahan yang baru berupaya untuk menjaga kestabilan social dan ekonomi. Mereka, Mao dan segenap para pejabat-pejabat baru, berupaya memberikan lebih banyak kekuasaan pada buruh dan tani, dan sebaliknya memangkas kekuasan kaum pemilik modal, tuan tanah, kapitalis, intelektual dan orang asing. Dalam benak rakyat, di tanamkan ide-ide bahwa perjuangan, revolusi, dan perubuhan adalah sesuatu yang baik, sedangkan tradisi tatacara lama dalah buruk dan harus di buang jauh-jauh.[1]
Pada pemerintahan yang baru ini, mereka meniru Uni Soviet. Tetapi, berbeda dengan Uni Soviet yang menerapkan “kediktatoran Ploretariat”, sedangkan China menerapkan system nya pada demokrasi rakyat, dimana rakyat dan para petani kaya membentuk front bersama. Beberap jabatan tertinggi di serahkan pada orang non-komunis. Itu semua adalh politik untuk menarik perhatian massa. Mereka ingin terlihat pemerintah yang baru ini, pemerintahn komunis dapat menerima semua golongan. Namun tetap saja pucuk pimpinan tertinggi di pegang oleh partai komunis.
Restrukturisasi dalam bidang eonomi dilakukan dengan mengendalikan peredaran uang, perbankan, serta pemberian kredit. Dalam waktu setahun, inflasi berhasil dikendalikan. Demi mencapai kestabilan dalam bidang keuangan, pada bulan Mei 1949, pemerintah mengeluarkan mata uang baru yang di sebut Renminpiao serta melarang penggunaan mata uang asing. Pemerintah lalu menguasai industri-industri kunci yang sebelumnya di bangun pemrintah nasioanlis.[2]
Lalu pada akhir tahun 1957, Mao berkesimpulan bahwa Uni Soviet sudah tidak dapat dijadikan lagi sebagai model bagi pembangunan Cina. Hal itu dikarenakan hasil dari kemajuan yang di alami masih terlalu lambat serta sangat teregantung pada ilmuan Uni Soviet yang dikirim ke Cina. Selain itu, keterbatasan utama dalam hal dana memang masih belum dapat teratasi dengan baik. Lalu Mao milai berfikir untuk menemukan caranya sendiri untuk memecahkan semua permasalahan yang belum tuntas dengan mengerahkansegala sumber daya yang angat berlimpah di negeri tersebut berupa tenaga kerja.
Kebijakan yang di ambil Mao tersebut terkenal dengan sebutan ‘Loncatan Besar Kedepan”( dayuejien ). Awalnya ialah rencana dari Nikita Kruschev untuk menjalankan semua program yang di sebut “ mengejar negara Barat ”. Nah Mao memandang rencana ini sebagi sebuah ancaman besar bagi Mao. Karena dengan majunya Soviet, ketergantungan Cina terhadap Sovoiet akan semakin besar pula terhadap negara tersebut. Makanya Mao memandang kebijakn yang dibuat olenya ini mampu menjadi penyeimbangbagi rencan Soviet tersebut, dimana Cina akan bertransformasi dari negara agraris menjadi negara industri.